Kepala mahasiswa sering kali dihadapkan pada situasi yang mengharuskan mereka untuk berbicara dan menuntut keadilan. Peristiwa terbaru yang mengguncang komunitas akademis adalah gelombang protes yang muncul dari mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang menuntut keadilan untuk korban insiden yang terjadi dalam kegiatan diksar.
Insiden ini menyebabkan banyak pertanyaan tentang tanggung jawab institusi pendidikan dan perlindungan terhadap mahasiswanya. Pertanyaannya adalah, sampai sejauh mana institusi mampu melindungi hak-hak mahasiswanya ketika konflik semacam ini terjadi?
Korban dan Dampak Insiden Diksar
Salah satu korban yang menjadi sorotan adalah Pratama Wijaya Kusuma. Ia mengaku telah mengalami intimidasi dan ancaman dari pihak-pihak tertentu setelah insiden tersebut. Pernyataan ini menunjukkan bahwa ada tekanan yang dialami mahasiswa, yang seharusnya mendapatkan dukungan, bukan ancaman.
Menurut pengakuan para korban, termasuk M. Arnando, mereka dipaksa untuk menandatangani surat pernyataan yang menyatakan bahwa segala bentuk kekerasan yang dilakukan selama kegiatan diksar adalah sukarela. Hal ini sangat merugikan, karena para korban dihadapkan pada pilihan yang sulit: menandatangani pernyataan yang tidak sesuai dengan kenyataan atau menghadapi konsekuensi akademis yang lebih serius.
Strategi dan Tindakan Ke Depan
Penting untuk merumuskan langkah-langkah yang efektif untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis telah mengambil inisiatif dengan memanggil pengurus alumni dan anggota Mehepel untuk mendengarkan pernyataan mereka. Hal ini menunjukkan adanya keseriusan dalam menangani masalah ini, meskipun banyak pihak merasa tindakan tersebut belum cukup.
Pihak dekanat berkomitmen untuk melanjutkan proses pemeriksaan yang mendalam terhadap peristiwa ini. Ini adalah langkah positif, tetapi tindakan nyata berupa dukungan hukum dan emosional kepada mahasiswa yang terdampak juga sangat diperlukan. Selain itu, institusi harus mengedukasi mahasiswa tentang hak-hak mereka dan risiko yang mungkin mereka hadapi dalam situasi konflik.
Protes yang dipimpin oleh mahasiswa dapat dianggap sebagai sinyal betapa pentingnya keadilan dan perlindungan terhadap individu dalam lingkungan akademis. Semua pihak perlu bekerja sama, termasuk pihak kampus dan mahasiswa, untuk menciptakan atmosfer yang aman dan mendukung bagi semua.
Saatnya bagi kita untuk menuntut keadilan dan memastikan bahwa setiap individu dihargai dan dilindungi, khususnya dalam konteks pendidikan. Thomas Jefferson pernah berkata, “Keadilan tidak akan pernah menjadi suatu hal yang dapat dicapai, jika kita mengabaikan mereka yang paling rentan di masyarakat.” Kita perlu mengingat kata-kata ini sebagai pengingat atas tanggung jawab kita.