Harga singkong di Lampung mengalami penurunan yang signifikan. Dari harga acuan pemerintah sebesar Rp1.350 per kilogram, kini harga di lapangan turun menjadi sekitar Rp1.000 per kilogram. Keadaan ini memicu perdebatan di kalangan petani dan pemerintah setempat tentang langkah strategis yang perlu diambil agar tidak terjebak dalam kerugian yang lebih besar.
Fenomena penurunan harga ini bukan hanya masalah ekonomi semata, tetapi juga menyentuh aspek sosial dan keberlangsungan hidup para petani. Bagaimana seorang petani bisa bertahan hidup jika hasil panen yang mereka harapkan tidak memberikan keuntungan yang layak? Hal ini mengundang perhatian dari pihak berwenang untuk mencari solusi jangka panjang yang dapat membantu petani beradaptasi dengan kondisi pasar yang fluktuatif.
Pertimbangan Peralihan Ke Komoditas Jagung
Anggota Komisi II DPRD Lampung, Mikdar Ilyas, mengatakan bahwa petani sebaiknya mulai mempertimbangkan peralihan dari singkong ke jagung. “Jagung mempunyai potensi lebih besar di pasar dan seringkali lebih menguntungkan. Seiring dengan meningkatnya permintaan jagung sebagai pakan ternak, ini bisa menjadi solusi yang menguntungkan bagi para petani,” ujarnya.
Pemerintah Provinsi Lampung berusaha untuk mendukung ini dengan menyediakan fasilitas pembiayaan sebesar Rp500 miliar melalui Bank Lampung. Ini memungkinkan petani untuk mendapatkan bantuan modal kerja yang dapat digunakan untuk membeli bibit unggul dan pupuk berkualitas. “Satu hektare bisa memperoleh bantuan sekitar Rp11 juta. Jika program ini berjalan maksimal, Lampung berpotensi menjadi lumbung jagung nasional,” lanjut Mikdar. Dari informasi ini, terlihat bahwa ada harapan bagi petani untuk bertransformasi menjadi lebih mandiri dan produktif dalam menghadapi tantangan pasar.
Strategi dan Dukungan untuk Petani
Mikdar juga menekankan bahwa strategi ini bukan hanya tentang beralih ke komoditas yang lebih menguntungkan, tetapi juga tentang menciptakan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam memperkuat ketahanan pangan. Program ini selaras dengan rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) dan program nasional yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan di Indonesia.
Di sisi lain, pemenuhan syarat untuk mendapatkan pinjaman juga menjadi perhatian. Calon penerima dana harus memenuhi beberapa ketentuan, seperti tidak masuk dalam daftar hitam perbankan dan mendapatkan rekomendasi dari kepala desa. Dengan adanya langkah-langkah ini, diharapkan banyak petani dapat memanfaatkan kesempatan yang ada untuk meningkatkan hasil pertanian mereka.
Dari sudut pandang ekonomi, beralih ke jagung membawa banyak keuntungan. Selain menjadi bahan pangan langsung, jagung juga memiliki nilai tambah tinggi sebagai bahan baku pakan ternak. Ini membuat jagung menjadi komoditas yang sangat dibutuhkan dan berpotensi memberikan pendapatan yang lebih baik bagi petani. “Ini adalah peluang besar yang harus dimanfaatkan oleh petani Lampung,” tambah Mikdar.
Melalui program dukungan ini, jika berhasil, Lampung bisa menjadi salah satu daerah penghasil jagung terkemuka di Indonesia. Mikdar optimis bahwa jika program ini sukses, tidak hanya akan memperkuat posisi Lampung, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada impor jagung yang masih tinggi, berkisar antara 7 hingga 10 juta ton per tahun.
Pengalihan komoditas menjadi solusi yang sangat relevan dalam keadaan ini. Keputusan untuk beralih tidak hanya menyangkut masalah keuntungan, tetapi juga keberlangsungan hidup dan masa depan para petani. Dengan dukungan yang tepat, mereka bisa beradaptasi dengan cepat dan membangun ketahanan pangan yang lebih kuat.
Dengan semua langkah dan program yang direncanakan, petani diharapkan mendapatkan kesempatan untuk lebih memahami dan memanfaatkan sumber daya yang ada. Dalam jangka panjang, hal ini akan membantu meningkatkan ekonomi lokal dan memberi dampak positif kepada masyarakat secara keseluruhan.