Penilaian penghargaan Adipura telah menjadi topik hangat, terutama di kalangan pemerhati lingkungan. Kini, sebuah kritik muncul dari Wahana Lingkungan Hidup yang menyoroti bahwa mekanisme penilaian yang sedang berlangsung dinilai masih parsial dan tidak mencakup semua aspek yang menjamin kualitas lingkungan hidup.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup daerah setempat, mengungkapkan bahwa penilaian Adipura saat ini lebih terfokus pada kebersihan kota dan estetika, tanpa mempertimbangkan beberapa faktor penting lainnya seperti ruang hijau, keadaan sungai, dan kapasitas resapan air. Apa saja implikasi dari penilaian yang tidak komprehensif ini?
Penilaian Adipura yang Terbatas
Mekanisme penilaian penghargaan Adipura biasanya melibatkan berbagai indikator, namun banyak yang merasa bahwa penilaian saat ini hanya menyentuh permukaan. Sebagai contoh, dalam penilaian ini dianggap penting untuk melihat tidak hanya kebersihan area publik tetapi juga bagaimana area tersebut dikelola dalam konteks lingkungan yang lebih luas. Ada banyak aspek yang perlu dipantau, seperti bagaimana pemerintah daerah mengelola sungai-sungai, berapa banyak ruang terbuka hijau yang disediakan, hingga bagaimana mereka mengurangi risiko bencana.
Data yang ada menunjukkan bahwa kota-kota yang berfokus hanya pada kebersihan di area tertentu sering kali mengabaikan pentingnya ekosistem yang lebih besar. Hal ini mengakibatkan lingkungan yang tidak seimbang dan mengarah pada berbagai masalah, seperti banjir dan pencemaran. Dengan mengabaikan faktor-faktor ini, penilaian yang dilakukan menjadi tidak objektif dan tidak memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi lingkungan hidup di kota tersebut.
Strategi Perubahan dan Pengelolaan Lingkungan
Untuk memberikan penilaian yang lebih komprehensif, diperlukan pemikiran yang lebih luas tentang bagaimana indikator dihitung dan diukur. Salah satu usulan yang menarik adalah untuk memperpanjang periode penilaian, misalnya, dilakukan setiap tiga hingga lima tahun. Ini tidak hanya memungkinkan tim untuk mengamati konsistensi dalam penanganan lingkungan tetapi juga memberi sinyal positif kepada pemerintah daerah bahwa mereka perlu berkomitmen lebih dari sekadar berbenah menjelang penilaian.
Misalnya, jika penilaian ini dilakukan setiap tahun, banyak daerah sering kali hanya fokus mempersiapkan diri selama beberapa bulan terakhir. Ini menciptakan ilusi bahwa mereka sedang melakukan upaya nyata padahal kenyataannya tidak begitu. Sebaliknya, dengan waktu yang lebih panjang, akan lebih mudah untuk melihat perubahan yang benar-benar dilakukan dan apakah kota tersebut layak menerima penghargaan tersebut.
Penilaian yang lebih holistik ini akan memungkinkan masyarakat untuk lebih mengawasi dan terlibat dalam menjaga lingkungan, serta menuntut tanggung jawab dari pemerintah daerah tentang bagaimana mereka mengambil tindakan untuk menjaga kualitas hidup warganya. Dengan melibatkan lebih banyak partisipasi masyarakat, diharapkan solusi yang diciptakan akan lebih berkelanjutan dan efektif.
Penting untuk membuka dialog antara pemerintah, organisasi lingkungan, dan masyarakat. Ketiga elemen ini harus bisa bersinergi untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan. Perubahan pendekatan dalam penilaian Adipura bukan hanya untuk mendapatkan pengakuan, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, sudah saatnya untuk melakukan evaluasi mendalam tentang mekanisme yang ada dan bagaimana indikator yang ada dapat diperluas agar lebih menggambarkan keadaan sebenarnya dari lingkungan hidup kita.